Di atas rel panas

Jumat, 13 November 2015

Expedisi GM bikers ke Stasiun Nambo

















Tepat saat pada hari Natal kami dari komunitas GM MARKA melakukan expedisi menuju Stasiun Nambo.  Kami yang beranggotakan Gilang Aji Taxakha,Irfan Maulana,Muhamad Pascal Fajrin, Kriesnandi Septian Nur,Saya (Bayu Tri Sulistyo),dan Tito Satrya Kamil. Sebelum kami memulai kami menyusun scenario perjalanan  dan mempersiapkan keperluan perjalanan seperti helm,jaket,dan yang pasti sepeda motor di rumah Tito,berikut gambar saat persiapan
 
Setelah semua persiapan selesai kami langsung meluncur menuju stasiun Nambo.
Perjalanan kami bukan berarti tanpa hambatan. Terkadang kami harus menghadapi jalanan licin karena kami melakukan perjalanan tepat saat hujan reda,menghadapi angkot yang suka “ngetem” sembarangan,berpapasan dengan truk semen dan jalanan berdebu saat melewati wilayah pabrik indocement. Kami mau tak mau melewati Jalan Mayor Oking dan pabrik semen karena hanya itu satu-satunya akses menuju stasiun Nambo. Setelah ½ jam perjalanan,Alhamdulillah kami sampai di stasiun Nambo dengan selamat
Setelah sampai dan memarkirkan motor, kami langsung masuk ke stasiun Nambo.
Stasiun Nambo berdiri megah di Desa Nambo,Kecamatan Klapanunggal,Kabupaten Bogor dengan luas tanah kurang lebih 1500 m2 dan memiliki 5 jalur tak berperon (jalur 2 sampai 6) dan 1 jalur berperon tinggi (jalur 1). Seperti di gambar sekilas stasiun ini mirip dengan villa yang ada di Puncak. Setelah menikmati sejuknya udara di Nambo dan keelokan bangunanya, kami langsung menuju kea rah timur untuk menemukan spoor badug atau sepur buntu stasiun Nambo.
Di tengah perjalanan kami sempatkan  untuk mengobrol dan mencoba memindahkan wesel
Tak kami sangka ternyata weselnya keras. Kami pun melanjutkan perjalanan kami harus berhati-hati karena  di wilayah ini banyak warga yang menernak sapi di rel sehingga banyak sapi yang “buang hajat” di tengah rel. setelah berjalan 1km akhirnya kami sampai di rel buntu Stasiun Nambo.
  
Bias terlihat wilayah rel ini kurang terawatt sehingga banyak di tumbuhi rumput dan tumbuhan liar. Di spoor badug ini sengaja tidak di pasang badug atau penanda karena rencananya jalur ini akan di teruskan sampai Cikarang. Setelah menelusuri  jalur ini selama 2 jam, kami pun pulang ke rumah dan tidak lupa untuk berforo bersama.